NUAITYT

Media Berita Terupdate Aktual & Terpercaya

BI Cermati Peluang Pangkas BI Rate di Tengah Gejolak Global

NUAITY NEWS, JAKARTA – Bank Indonesia terus mencermati peluang penurunan suku bunga atau BI rate di tengah gejolak global, baik ekonomi maupun geopolitik. 

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan dari sisi kebijakan moneter, BI Rate saat ini dipertahankan pada angka 6% karena harus menjaga kestabilan Rupiah sementara dolar terus menguat. 

Namun Perry menegaskan, tetap mencermati peluang di BI Level untuk mengendalikan inflasi sesuai target 2,5 ± 1% pada tahun 2025 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. 

“Tentunya respon suku bunga BI akan lebih disesuaikan dengan aktivitas perekonomian global dan perekonomian domestik,” ujarnya pada Rapat Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di Grha Bhasvara Icchana, Kompleks Kantor Pusat Bank Indonesia, Jumat. (29/11/2024). 

Perry mengatakan, seiring dengan berlanjutnya krisis global, kebijakan moneter akan tetap stabil dengan tetap memperhatikan situasi untuk mendorong pertumbuhan atau stabilitas dan pembangunan.

Kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi akan dilakukan melalui kebijakan cerdas, pengembangan sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta pengembangan UMKM dan ekonomi keuangan syariah. 

Di sisi lain, di bidang moneter, alih-alih melihat ruang untuk menurunkan suku bunga, Bank Indonesia akan fokus pada stabilitas nilai tukar rupiah yang berisiko terkena dampak krisis internasional. 

Memperkuat strategi stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi pasar valas untuk transaksi, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. 

Kemudian operasi mata uang juga dilakukan di pasar untuk menarik aliran modal asing yang terus memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dan efektivitas transmisi kebijakan moneter. 

Terakhir, BI akan terus menjaga kecukupan cadangan devisa dan mengatur lalu lintas devisa sesuai ketentuan internasional. 

Cadangan devisa tercatat per Oktober 2024 sebesar US$151,2 miliar atau setara dengan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor untuk membiayai dan membayar utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas rasio kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

 “Kami akan terus memperluas fasilitas devisa DE SDA untuk menarik eksportir,” ujarnya. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *