NUAITY NEWS, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan peningkatan kasus campak hingga 20% selama tahun 2023 akibat rendahnya cakupan vaksinasi campak global pasca Covid.
Gangguan pemberian vaksin akibat pandemi ini mengganggu upaya pemberantasan penyakit campak di seluruh dunia, dan sering kali membuat anak-anak di bawah usia 5 tahun terkena ancaman kesehatan yang, dalam beberapa kasus, dapat berakibat fatal atau memicu konsekuensi bagi kehidupan mereka sebagai penyandang tunarungu.
Natasha Crowcroft, penasihat teknis senior WHO untuk campak dan rubella, mengatakan dalam laporan yang diterbitkan dalam jurnal online CDC Morbidity and Mortality Weekly Report bahwa 10,3 juta kasus morbiditas akan dilaporkan di seluruh dunia pada tahun 2023, di sebagian besar wilayah. di dunia.
Hanya dua wilayah WHO, wilayah Amerika dan Mediterania Timur, yang melaporkan penurunan kasus pada tahun 2023.
Sementara itu, kematian akibat campak turun 8% pada tahun 2022 menjadi 107.500 orang, meskipun kasusnya meningkat dua digit, kata Christine Dubray, kepala tim eliminasi campak CDC. Distribusi kasus secara geografis.
“Anak-anak yang tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah atau di zona konflik, di mana malnutrisi dan/atau kurangnya akses terhadap layanan kesehatan dapat menjadi masalah, lebih besar kemungkinannya untuk meninggal akibat infeksi campak,” ujarnya, Jumat (15/11/2020). 2024).
Beberapa gejala umum yang dialami anak pengidap campak antara lain demam tinggi dan ruam yang gatal.
Kebanyakan orang yang terkena campak merasa tidak enak badan, namun bisa sembuh. Namun, satu dari lima orang yang terkena campak di Amerika memerlukan perawatan di rumah sakit.
Pada anak-anak, sekitar satu dari 20 orang menderita pneumonia. Kemudian, pada sekitar satu dari setiap 1.000 kasus, campak menyebabkan ensefalitis, atau pembengkakan otak. Hal ini dapat menyebabkan perubahan permanen pada kepribadian dan perkembangan intelektual. Pentingnya vaksinasi campak
Vaksin campak sangat efektif, namun memerlukan dua dosis untuk mendapatkan efek maksimal. Diperkirakan pada tahun 2023, 83% anak-anak yang memenuhi syarat di seluruh dunia akan menerima dosis pertama vaksin campak, namun hanya 74% yang akan menerima dosis kedua. Angka ini terlalu rendah untuk mencegah penyebaran campak.
Lebih dari 22 juta anak yang seharusnya divaksinasi tahun lalu tidak menerima satu dosis pun, kata Crowcroft.
Ia melanjutkan, enam wilayah kesehatan WHO berkomitmen untuk menghilangkan penularan campak. Namun, saat ini hanya Amerika yang berstatus bebas campak.
“Meskipun ada komitmen yang sudah lama ada, mempertahankan kepentingan politik dalam menghentikan penyebaran campak merupakan tantangan yang semakin besar. Oleh karena itu diperlukan upaya global yang besar untuk menjangkau setiap anak,” kata Crowcroft.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel
Leave a Reply