NUAITY NEWS, JAKARTA – Kalangan akademisi menilai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% yang dicita-citakan Presiden baru terpilih Prabowo Subianto akan berjalan lancar jika mampu mendukung pertumbuhan sektor pertanian dan manufaktur.
Direktur Kajian Analisis dan Kebijakan Perdagangan Internasional (ITAPS) FEM IPB University Sahara mengatakan, dalam 10 tahun terakhir (2003-2023), produk domestik bruto (PDB) Indonesia hanya mampu mencapai 5%. Tampaknya sangat sulit bagi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan oleh Prabowo Subianto.
Lebih lanjut Sahara menjelaskan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, pemerintah harus membenahi seluruh sektor, mulai dari pertanian hingga manufaktur.
Sahra memperkirakan pemerintah sebaiknya meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian sebesar 4,7%. Dengan kata lain, sektor manufaktur harus tumbuh sebesar 7,3 persen dan sektor jasa sebesar 9,5 persen.
“Agak berat kenapa? Karena data historis tahun 2003 hingga 2023 menunjukkan sektor pertanian hanya tumbuh 3,3 persen, kemudian sektor industri hanya tumbuh 3,9 persen, dan sektor jasa tumbuh 6,3 persen,” kata Sahara. katanya. Acara Trade Talk Gambir bertajuk ‘Peluang dan Tantangan Peningkatan Kecanggihan Ekspor Pertanian Indonesia’ di Jakarta pada Kamis. (17/10/2024).
Namun jika melihat proyeksi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan, menurut Sahara, jika Indonesia bisa mencapai angka pertumbuhan sebesar 8 persen, maka Indonesia akan keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah pada tahun 2041.
Sebaliknya, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berada pada kisaran 6-7 persen, maka Indonesia akan membutuhkan waktu lebih lama untuk keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah. Begitu pula jika pertumbuhan Indonesia hanya 5% pada tahun 2045, maka Indonesia tidak akan mampu mencapai tingkat pendapatan yang tinggi.
“Jika kita ingin mencapai tingkat pendapatan yang setara dengan negara maju, maka angkanya harus 6 persen atau 8 persen.”
Meski begitu, Sahara mengatakan ada banyak sumber pertumbuhan, terutama di sektor pertanian, yang akan menghasilkan perekonomian sebesar 8 persen. Menurutnya, pertanian merupakan sektor yang mampu menunjang pembangunan atau pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Sementara itu, terdapat berbagai sumber pertumbuhan ekonomi baru yang terdiri dari ekonomi biru, ekonomi hijau, ekonomi sirkular, pengembangan bioekonomi, agroforestri, pertanian perkotaan, dan hilirisasi produk pertanian. Pasalnya, produk pertanian menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru perekonomian Indonesia.
“Dengan menurunnya nilai tambah, diharapkan keragaman produk meningkat dan kompleksitas ekspor Indonesia semakin meningkat. Dengan demikian, ekspor Indonesia akan memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dan daya saing yang lebih tinggi.”
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel
Leave a Reply