NUAITY NEWS, SUMUT – Berbagai kreasi tenun unik berbahan dasar daun pandan laut karya kelompok ‘Kreatif Kanan’ di Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara berhasil memikat hati banyak orang.
Tenun yang seluruhnya dikerjakan oleh sekelompok perempuan di Dusun 3 Pantai Cermin Kanan ini telah menembus pasar ekspor global.
“Kami mengirim sandal tenun langsung ke Singapura. Ini terjadi sebelum pandemi. Saya juga mengirim produk ke Yunani dan Dubai, tapi melalui pihak ketiga, kata Eva Harlia, presiden Creative Right Group, beberapa waktu lalu.
Kanan Creative merupakan kelompok penenun pandan laut yang memberdayakan perempuan di kawasan Pantai Cermin Kanan. Kawasan pesisir ini terkenal dengan pandan laut sebagai tanaman endemik sehingga memunculkan tradisi menenun yang diturunkan secara turun temurun dan dikembangkan di masyarakat.
Eva mengatakan, sebagian besar warga di kawasan Pantai Cermin adalah penenun pandan. Namun ia juga merasakan adanya keterbatasan pada seni ini, seperti pasar yang minim dan harga yang tidak kompetitif.
Eva menciptakan ‘Menday’, merek kerajinan pandan kreatif yang ia kembangkan sendiri pada tahun 2010. Dengan memanfaatkan sepotong tikar pandan, ia mengolahnya menjadi dompet, sandal, dan berbagai produk lainnya yang umumnya dibuat oleh masyarakat di Pantai Cermin Kanan.
Menday kini memproduksi berbagai macam produk buatan tangan yang dapat digunakan banyak orang dalam kehidupan sehari-hari, seperti skrotum, topi pantai, tisu, bahkan tas.
Eva mengatakan, berbagai produk Menday saat ini merupakan hasil kolaborasi sekitar 150 perempuan yang tergabung dalam tim Creative Right. Mereka dibagi dalam kelompok sesuai tugasnya, mulai dari mencari bahan baku, membersihkan duri dan mengeringkan pandan laut, menganyam hingga menjahit kerajinan tangan yang bernilai jual tinggi.
Eva mengatakan mereka bisa menjahit sekitar 15 tas dalam sehari. Eva mengatakan, mesin jahit yang dimiliki kelompoknya merupakan sumbangan dari Kantor Perwakilan Bank Sumut (KPw BI) Indonesia.
Mulai tahun 2021, para perajin ini dilatih oleh KPw Bank Indonesia Sumut melalui Program Pengembangan Kelompok Mata Pencaharian, sebuah program untuk mendorong kemajuan perekonomian masyarakat berpendapatan rendah.
“Kelompok Hak Kreatif merupakan salah satu dari 3 kelompok UMKM swasembada di Sumut binaan BI. Kami mendapat bantuan 5 mesin jahit agar produksi kami bisa meningkat dan terus memenuhi permintaan pasar,” kata Eva.
Sesuai dengan arti kata Menday yang berarti “baik” dalam bahasa Melayu, kerajinan tenun Hawa mendapat respon yang baik dari masyarakat dengan semakin meningkatnya permintaan pasar.
Ia mengatakan, banyak produk Menday yang memiliki pasar tersendiri, seperti tikar yang banyak dipesan warga Riau, hingga sandal tenun yang mampu mencuri hati pembeli di Singapura.
Pembeli asal Singapura itu bahkan memesan sekitar 3.000 pasang sandal anyaman dari Menday per minggunya dengan harga pembelian Rp 17.000 per pasang tanpa ada batasan.
Rata-rata pelanggan Menday menelepon Eva dari acara yang mereka ikuti. Termasuk pembeli pihak ketiga yang mendatangkan tenun Menday ke Yunani dan Dubai. Namun Eva mengakui, pasar terbesar mereka selama ini adalah Jakarta.
“Menurut saya ciri khas masyarakat Jakarta, semakin unik suatu produk maka semakin disukai,” lanjutnya.
Selain pemasaran media sosial itu sendiri, Menday saat ini menjadi salah satu pemasok produk tenun untuk pusat oleh-oleh khusus usaha kecil menengah di Medan, seperti Galeri Bersama di Gedung Pameran Sumatera Utara (PRSU) dan Galeri Bersama Ulos Sianipar dengan rata-rata omset bulanan Rp 3 juta. (K68)
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA
Leave a Reply