NUAITYT

Media Berita Terupdate Aktual & Terpercaya

Simak Proyeksi Pasar Otomotif 2025 usai PPN 12% Resmi Berlaku

NUAITY NEWS, JAKARTA – Industri otomotif dibayangi risiko pelemahan pada tahun 2025 setelah pemerintah resmi memberlakukan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 12% mulai hari ini, Rabu (1/1/2025) untuk berbagai barang mewah. barang, termasuk kendaraan bermotor golongan tertentu.

Pasalnya, kinerja penjualan mobil pada tahun 2024 akan menurun sehingga Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo) mengubah target penjualan mobil dari semula 1,1 juta unit menjadi 850.000 unit.

Ketua Umum I. Gaikindo Jongkie Sugiarto mengatakan, selain kenaikan PPN hingga 12%, pihaknya juga mengkhawatirkan dampak peluang pajak yang mengancam memberikan tekanan pada industri mobil. Selain itu, pemerintah telah menaikkan upah minimum provinsi (UMP) sebesar 6,5% pada tahun 2025.

“Memang akan ada kenaikan PPN, Opsen Pajak, UMP dan lain-lain di tahun 2025. Kami perkirakan semakin sulit mendapatkan angka penjualan yang bagus,” kata Jongkie kepada Bisnis, seperti dikutip Rabu (1/1).

Perlu diketahui bahwa cukai merupakan pungutan pajak tambahan berdasarkan persentase tertentu berdasarkan UU No. 1 Tahun 2022 tentang hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (HKPD).

Nantinya, pemerintah kabupaten/kota akan memungut peluang dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Sementara Pemprov bisa memungut peluang dari pajak mineral bukan logam dan batu (MBLB).

Sedangkan pada Januari-November 2024, total penjualan mobil grosir tercatat sebanyak 784.788 unit, turun 14,7% (year-on-year) dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebanyak 920.518 unit.

Sementara itu, penjualan ritel juga turun 11,2% year-on-year menjadi 806,721 unit pada periode 11 bulan tahun 2024, dibandingkan 908,473 unit pada periode yang sama tahun 2023.

Pakar otomotif sekaligus akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus mengatakan proyeksi industri otomotif Indonesia terlihat suram dengan berbagai tekanan yang membuat pasar sulit bertahan. 

“Semua itu akibat kenaikan kumulatif UMP sebesar 6,5%, PPN menjadi 12%, kenaikan BBNKB, PKB, efek kenaikan nilai tukar dollar akibat ketergantungan komponen impor bagi industri otomotif di Indonesia. Indonesia,” kata Yannes saat dihubungi Bisnis.

Perkiraan menunjukkan bahwa harga mobil bisa naik sebanyak 9%, membuat mobil semakin sulit dibeli oleh konsumen yang pendapatannya mungkin tidak meningkat pada tahun 2025, katanya. 

Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk kelas menengah akan turun menjadi 47,85 juta orang pada tahun 2024, dibandingkan 57,33 juta orang pada tahun 2019. 

“Prediksi penjualan mobil akan turun 30% pada tahun 2025 atau setara dengan 500.000 unit seperti di era Covid, menjadi perkiraan yang realistis tanpa adanya pemulihan ekonomi kelas menengah di Indonesia dari pemerintah,” tutup Yannes.

Simak berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *