NUAITY NEWS, JAKARTA – Situasi bisnis industri tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex Group tetap berjalan normal meski Pengadilan Negeri Semarang Niaga menyatakan perusahaan tersebut pailit karena tidak patuh. . kewajiban pembayaran Anda kepada pemberi pinjaman.
Sementara itu, putusan pailit tersebut tercermin dalam Putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg. Putusan pailit Sritex dan anak perusahaan tersebut dibacakan di Pengadilan Negeri Semarang Niaga pada Senin (21 Oktober 2024).
Ketua Kelompok Kerja (PUK) KSPN Sritex Slamet Kaswanto mengatakan, keputusan tersebut disebabkan batalnya perjanjian damai antara Sritex dan salah satu krediturnya setelah sebelumnya terjadi penundaan pembayaran kewajiban (PKPU).
Saat dihubungi Bisnis, Kamis (24/10/2024), Slamet mengatakan, “Secara keseluruhan korporasi masih baik-baik saja, jadi masih berjalan baik. Kami hanya masalah arus kas, tapi bisnis berjalan lancar.”
Lini produksi mulai dari pemintalan kapas, pemintalan benang, benang hingga penenunan kain, produksi garmen dan proses finishing berjalan normal.
Bahkan, menurut Slamet, pesanan tetap masuk meski pabrik sedang lesu. Bahkan, dia khawatir pengajuan pailit tersebut membuat pemasok khawatir terhadap masa depan bisnis Sritex.
Harapan kami, sampaikan kepada manajemen agar tetap bertahan karena korporasi harus tetap beroperasi dan karyawan harus bisa berbisnis seperti biasa, jelasnya.
Terkait dengan kasus kepailitan, Slamet juga mengkhawatirkan dampak sosial terhadap pegawai jika proses kepailitan terus berlanjut. Setidaknya 15.000 karyawan SRIL berisiko kehilangan pekerjaan.
Makanya kita cari tahu bagaimana korporasi ini bisa kita operasikan agar para pekerjanya bisa terus berusaha. 15.000 pekerja di empat perusahaan dan empat pabrik, katanya.
Pada Juni 2024, Direktur Keuangan Veli Salam mengatakan pihaknya menjamin keberlangsungan usaha, namun proses efisiensi harus dilakukan sebagai langkah penataan dan pemulihan kinerja keuangan perseroan.
“Banyak pemberitaan bahwa perusahaan diambang kebangkrutan. Kami sudah membuktikan bahwa hal tersebut tidak benar. Kami terus beroperasi sebaik mungkin,” kata Whalley dalam Public Expose SRIL, Selasa (25/06/). 2024). ).
Welly mengesampingkan kebangkrutan, namun mengakui PHK tersebut disebabkan adanya pengurangan dari 13.000 karyawan pada tahun 2023 menjadi 10.000 karyawan saat ini.
Sebelumnya, per 31 Desember 2023, Sritex mencatatkan total karyawan tetap sebanyak 14.138 orang. Jumlah ini turun dibandingkan 16.370 posisi pada tahun 2022.
Namun, ia menjelaskan utilisasi kapasitas produksi tekstil di berbagai unit bisnis SRIL, mulai dari tekstil hingga pakaian jadi, saat ini sebesar 60-80%. Bahkan, pihaknya memastikan tidak akan ada PHK di bidang jahit.
Simak berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA
Leave a Reply