NUAITY NEWS, JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengimbau investor yang menanamkan modalnya dalam bentuk fasilitas manufaktur agar lebih berhati-hati dalam memilih lahan khusus untuk industri.
Baca Juga : Pidato Perdana di MPR, Prabowo Janji RI Swasembada Pangan 2029
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM Nurul Ichwan menyampaikan hal tersebut kepada para pengusaha makanan dan minuman asal Tiongkok dalam agenda “Chinese Enterprises Go-Overseas, In-Depth Tour Into Indonesia” di Hotel Mulia, Senayan, Senin (11/11/2024).
Pasalnya, mereka sering mendapat keluhan dari investor bahwa sulitnya membangun pabrik karena lahan yang mereka pilih bukanlah lahan untuk pengembangan industri, melainkan perkebunan atau kawasan pemukiman.
“Beberapa dari Anda [investor Tiongkok] membutuhkan lahan, dan pada akhirnya Anda tidak dapat mengembangkan pabrik industri di lahan tersebut karena lahan tersebut tidak diperuntukkan untuk industri. Jadi mohon hati-hati dan konsultasikan dengan kami,” kata Nurul.
Di sisi lain, Nurul menaruh perhatian pada realisasi investasi produksi yang terus meningkat setiap tahunnya. Misalnya pada tahun 2018, investasi hanya mencapai Rp 222,3 triliun, dan pada tahun 2023 meningkat 2,7 kali lipat menjadi Rp 596,3 triliun.
Pencapaian realisasi investasi ini didukung oleh kontribusi lima negara investor teratas, termasuk Singapura. Menurut dia, investasi dari Singapura kemungkinan besar juga akan datang dari investor Tiongkok.
Sektor terbesar yang mendorong investasi di Indonesia adalah pertambangan dan industri makanan pada peringkat pertama dan kedua. Untuk industri makanan mencapai Rp395,4 triliun dalam 5 tahun terakhir.
“Kami berharap setelah kunjungan bapak/ibu di sini, kami dapat meningkatkan kinerja industri pangan untuk merealisasikan investasi kami,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan, mendorong kehadiran pengusaha Tiongkok di Indonesia tidak hanya akan membuka peluang perdagangan tetapi juga investasi di sektor makanan dan minuman, sehingga menciptakan nilai tambah yang lebih kuat dirasakan di Indonesia.
“Saya dengar ada beberapa perusahaan yang ingin kembali dan berinvestasi di Indonesia, dan saya baru diberitahu. Besar kemungkinan produk jadi bisa diinvestasikan untuk membangun pabrik di sini,” jelasnya.
Baca Juga : Tarif Trump Ancam Industri Tekstil, Pengusaha Sarankan Impor Kapas AS
Di sisi lain, Adhi juga mengarahkan industri nasional memanfaatkan peluang kolaborasi ini untuk mendukung ketersediaan bahan baku pangan yang tidak bisa diproduksi secara lokal.
“Sejujurnya kita tidak mempunyai bahan baku tertentu, misalnya beberapa senyawa pangan seperti asam sitrat, beberapa perasa, pewarna, dan lain-lain tidak ada di Indonesia, sehingga kerjasama ini sangat kita butuhkan,” tutupnya.
Di sisi lain, Cao Derong, Ketua Chinese Chamber of Commerce of I/E Foodstuffs, mengatakan pihaknya melihat potensi besar untuk berkontribusi terhadap pengembangan industri makanan dan minuman Indonesia.
Salah satunya adalah Program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto, salah satu inisiatif terpenting pemerintah Indonesia. Pihaknya juga akan memperhatikan program tersebut.
“Tahun ini, Tiongkok dan Indonesia memberikan kontribusi besar di sektor perdagangan pangan. Transaksi perdagangan mencapai US$12,8 miliar dan ekspor Tiongkok ke Indonesia melebihi US$3,1 miliar, impor dari Indonesia mencapai US$9,7 miliar,” jelasnya.
Untuk berita dan artikel lainnya, kunjungi Google Berita dan WA Channel
Leave a Reply