Business.com, Jakarta – PT Palapa Timur Telematika, operator Palapa Ring Timur, memperkirakan mahalnya biaya penggelaran jaringan di wilayah timur Indonesia menjadi kendala utama pemerataan internet.
Presiden terpilih Bravo Subianto diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan memberikan insentif atau membangun infrastruktur pendukung seperti jaringan bula atau jaringan pengantaran yang menghubungkan palapa ring dan konsumen.
Geografi Indonesia bagian timur berarti biaya penempatan akan meningkat, kata Eddie Sihan, manajer operasi Palapa Ring Timur.
Misalnya, jika di perkotaan hanya membutuhkan truk dan SUV untuk mengangkut alat komunikasi, di wilayah timur membutuhkan helikopter yang biayanya dihitung berdasarkan jam penggunaan, bukan penerbangan.
Situasi ini menimbulkan masalah karena helikopter yang mengangkut infrastruktur komunikasi seringkali tidak mencapai tujuan yang diinginkan karena kondisi cuaca, sehingga perusahaan penyewaan harus mengeluarkan biaya bensin dan pengemudi helikopter.
Selain biaya penerapannya yang mahal, sewa palapa ring juga akan lebih mahal sehingga berdampak pada khalayak sebagai Internet Service Provider (ISP) dan pengguna akhir.
Bedis mengatakan pada Senin (7/10/2024): “Oleh karena itu, sulit untuk melompat dari 82% penetrasi Internet di daerah tertinggal menjadi 85% saat ini. Siapa yang menginginkan peran pemerintah diperlukan di sini.”
Sekadar informasi, Palapa Ring Timur tersebar di 35 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, dan Papua Barat.
Panjang kabel fiber optik pada proyek tersebut kurang lebih 8.454 km dan menelan biaya Rp5,1 triliun.
Pemerintah dapat melakukan intervensi dengan menawarkan keringanan pajak atau dukungan infrastruktur kepada perusahaan yang berkomitmen untuk membangun infrastruktur di Indonesia bagian timur, lanjut ED.
Infrastruktur ini dapat berupa jaringan akses atau tiang yang siap pakai. Pemerintah juga perlu memberikan edukasi kepada masyarakat lokal mengenai pentingnya infrastruktur komunikasi untuk mencegah vandalisme.
Infrastruktur yang ada di daerah mubazir akan menjadi faktor daya tarik bagi ISP, sehingga penambahan ISP akan mempengaruhi pemerataan akses Internet.
“Harus ada insentif dari pemerintah. Bukan bebas pajak atau mungkin gedung milik pemerintah, jadi semua operator bisa main di sana,” kata Eddy.
ED mengatakan, sejak awal pembangunan Palapa Ring yang dulunya merupakan Palapa Ring, pihak perusahaan merasakan beban berat terkait izin.
Sebelumnya Palapa Telematika harus mendatangi beberapa kementerian dan ditolak sehingga butuh waktu satu tahun untuk mengurus izinnya.
Menurut AD, permasalahan seperti itu tidak boleh terulang kembali. Presiden terpilih Provo Subianto diminta turun tangan dengan mengoordinasikan izin penerbitan SKKL.
Butuh waktu satu tahun untuk mendapatkan izin dari KLHK, Kehutanan, Perhubungan dll. Izinnya memakan waktu lama dan perlu dievaluasi karena tumpang tindih, sedangkan pemerintah baru, izinnya harus ditutup sementara. Eddy mengatakan, banyak kementerian terkait yang terlibat dalam koneksi internet ini.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel
Leave a Reply