NUAITYT

Media Berita Terupdate Aktual & Terpercaya

Ekspansi Temu: Belajar dari TikTok, Pemerintah Bakal Tegas Blokir?

NUAITY NEWS, JAKARTA – Pemerintah memastikan akan memblokir platform e-commerce Temu untuk melindungi UMKM di Tanah Air. Berkaca dari kasus TikTok Shop – yang menurut Kementerian Koperasi dan UMKM juga dinilai merugikan UMKM – izin akhirnya diberikan. 

Momentum Works mengatakan dalam laporan terbarunya bahwa Temu telah mencapai Vietnam dan 81 negara lainnya. 

Temu, tulis laporan tersebut, melihat potensi keuntungan di Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat di Asia Tenggara dan menguasai hampir seluruh pasar e-commerce di wilayah tersebut. 

Peluang aplikasi e-commerce buatan China untuk resmi beroperasi di Indonesia dinilai cukup besar. Berdasarkan isi laporan Momentum Works, hipotesis di atas cukup kuat jika kita belajar dari kontroversi TikTok Shop tahun lalu.

Terkait hal tersebut, pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan pembatasan Temu di Indonesia dalam upaya melindungi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada pekan lalu.

Namun pelarangan ini tidak bersifat mutlak karena mencerminkan kontroversi pembatasan TikTok yang akhirnya bisa berhasil setelah mengakuisisi pemain lokal Tokopedia hanya dalam waktu 2 bulan.

“Apa yang Indonesia ban Temu lagi, kita tidak boleh lupa bahwa setahun yang lalu negara itu juga melarang TikTok Shop. Kita semua tahu apa yang terjadi setelah itu,” tulis Sabrina, dikutip (9-10-2024). 

Penelitian ini juga mempertimbangkan dinamika politik sebagai faktor penentu masuk tidaknya Temu ke pasar e-commerce di Indonesia.

Kabinet Indonesia yang baru di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto akan dilantik pada akhir bulan ini. Kami mungkin akan memiliki kejelasan lebih lanjut tentang kemungkinan arah kebijakan pada saat itu, katanya.

Temu bisa dikatakan agresif dalam mengembangkan usahanya. Baru-baru ini, e-commerce dari Tiongkok meluncurkan operasinya di Vietnam dan Brunei, meningkatkan ukuran pasarnya di Asia Tenggara menjadi 5 negara.

Selain di Vietnam dan Brunei, aplikasi ini sudah tersedia di Filipina, Malaysia, dan Thailand dalam waktu kurang dari 2 tahun. Total, Temu bekerja di 82 negara hingga 7 Oktober 2024. Era Pembakaran Uang Telah Kembali

Di sisi lain, kehadiran aplikasi Temu dinilai akan membawa Shopee dan Tokopedia (TikTok Shop) ke era pembakaran uang tunai. Temu mempunyai potensi untuk menyediakan barang dengan harga yang sangat terjangkau untuk menangkap pasar Indonesia yang sensitif terhadap harga. 

Temu merupakan aplikasi e-commerce yang menawarkan barang dengan diskon dan harga menarik.

Aplikasi ini sekilas mirip dengan Shopee atau TikTok Shop. Namun bedanya, Temu terhubung langsung dengan 80 pabrik di China yang bisa mendistribusikan produknya langsung ke konsumen di seluruh dunia.

Direktur Ekonomi Digital Celio Nailul Huda mengatakan pasar e-commerce Indonesia yang sangat ketat membuat strategi pembakaran uang tetap dominan. Masyarakat Indonesia masih berorientasi pada harga konsumen. Harga menjadi faktor penting dalam menaklukkan pasar Indonesia. 

Menurutnya, Temu akan menerapkan strategi yang sama seperti di AS saat masuk ke Indonesia. Temu akan menjadi pesaing kuat Tokopedia, TikTok, dan Shopee, sama seperti Temu bersaing dengan Amazon di AS. 

Jadi pendanaan memang akan menjadi daya saing utama mereka. Jadi, Shopee dan Tokopedia-TikTok masih cukup dominan, kecuali Temu mengeluarkan dana besar untuk melakukan promosi dan sebagainya. Kecuali Temu juga segera bergabung dengan dana besar, kata Huda kepada Bisnis, Selasa. (2024-10-08). 

Laporan Momentum Works diketahui mengklaim bahwa Shopee akan mendominasi pasar Indonesia pada tahun 2023 dengan kontribusi total gross merchandise value (GMV) sebesar USD 21,52 miliar atau 40% dari total GMV Indonesia. Sedangkan GMV Tokopedia 30%, TikTok Shop 9%, dan Bukalapak 11%. Dengan hadirnya Temu, kontribusi GMV berpeluang berubah.

Huda mengatakan e-commerce di Indonesia memiliki prospek yang masih sangat positif meski tidak sebesar perkiraan awal. Bank Indonesia mencatat target transaksi e-commerce tidak tercapai dan melambat dibandingkan tahun lalu. 

“Tapi di satu sisi, pangsa pasar kita terfokus pada salah satu perusahaan e-commerce asal China yang sedang hype, Temu. Mustahil mereka tidak melihat prospek pangsa pasar kita sebelum berniat masuk ke Indonesia. ” kata Kulit. 

Sementara itu, Ketua Umum Idiec Tesar M. Sandikapura menilai kehadiran Temu belum tentu merugikan UMKM. Temu berpeluang berkolaborasi dengan pelaku lokal agar UMKM tidak terlalu miskin. 

Di sisi lain, ia menanyakan barang-barang yang dijual di situs e-commerce yang sudah ada seperti Lazada, TikTok, dan Shopee. Menurutnya, barang-barang yang berasal dari luar negeri masih dijual di platform tersebut 

“Kalau dampaknya terhadap persaingan usaha, tidak terlalu penting asalkan Temu menjual barang dengan harga murah,” kata Tesar. 

Cek berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *