NUAITY NEWS, JAKARTA – Raksasa telekomunikasi Amerika Comcast mengungkapkan penjahat dunia maya telah mencuri informasi 230.000 pelanggan. Pencurian tersebut terjadi setelah agen penagihan utang yang digunakan oleh Comcast terjebak dalam serangan ransomware
Pada bulan Februari 2024, Bureau of Financial and Servicer Control (FBCS), sebuah agen penagihan utang di Pennsylvania yang dikendalikan oleh Comcast, diretas.
Dalam pengajuan ke Jaksa Agung Maine pada hari Kamis, Comcast mengatakan FBCS telah memberi tahu Comcast pada bulan Maret bahwa insiden keamanan tidak mempengaruhi data pelanggan Comcast. Kemudian pada bulan Juli, FBCS memberi tahu Comcast bahwa data pelanggannya memang telah disusupi.
Comcast mengatakan pelanggaran data mempengaruhi 237.703 orang, dengan peretas mendapatkan akses ke nama, nomor telepon, nomor jaminan sosial, tanggal lahir, dan nomor akun Comcast.
Comcast mengatakan itu akan tersedia untuk pelanggan yang mendaftar pada tahun 2021.
TechCrunch melaporkan bahwa FPCS tidak mengungkapkan bagaimana insiden keamanan itu terjadi tetapi mengkonfirmasi keluhan Comcast bahwa itu adalah serangan ransomware.
“Sejak 14 Februari hingga 26 Februari 2024, pihak yang tidak berwenang memperoleh akses ke jaringan komputer FBCS dan salah satu komputernya,” demikian pengumuman pada Selasa (8/10/2024).
Dalam pengajuan ke Jaksa Agung Maine awal tahun ini, FBCS mengonfirmasi bahwa lebih dari 4 juta orang informasinya disusupi selama serangan dunia maya pada bulan Februari.
Tidak diketahui berapa banyak pelanggan FCCS yang terkena dampaknya, namun perusahaan mengatakan dalam laporan pelanggaran data bahwa mereka merilis bahwa penyerang terkadang memperoleh catatan medis dan informasi asuransi kesehatan.
Sebelumnya, dalam Laporan Ransomware Zscaler ThreatLabz 2024, Amerika Serikat merupakan target ransomware teratas, dengan hampir 50% dari seluruh serangan terjadi di negara ini.
ThreatLabz menemukan 19 keluarga ransomware baru selama penyelidikan, sehingga totalnya menjadi 391 sejak penyelidikan dimulai.
Laporan tersebut juga mengungkapkan peningkatan serangan ransomware sebesar 18% YoY, dengan tebusan tertinggi untuk membuka data terkunci mencapai US$75 juta pada kelompok ransomware Dark Angels.
Jumlah ini hampir dua kali lipat jumlah ransomware terbesar yang pernah dipublikasikan dan terbesar.
ThreatLabz percaya bahwa keberhasilan Dark Angels akan mendorong kelompok ransomware lain untuk menggunakan metode serupa, menekankan perlunya organisasi untuk proaktif dalam mencegah serangan dan pengembangan ransomware.
“Meningkatnya penggunaan produk ransomware-as-a-service, termasuk semakin banyaknya zero-day pada sistem lama, meningkatnya serangan siber, dan meningkatnya serangan AI, telah mencapai rekor tertinggi,” kata CEO Zscaler Deepen Desai dalam sebuah pernyataan. pada Kamis (1/8/2024).
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA
Leave a Reply